Pahami gaya kerja millennial dan tantangan kolaborasi

Pahami gaya kerja millennial dan tantangan kolaborasi

Jika ada satu hal yang bisa disepakati oleh kebanyakan HRD adalah gaya kerja millennial yang sangat amat dinamis, undpredictable, unik. Bahkan kesan kutu loncat menempel pada generasi ini, karena seringnya mereka berpindah-pindah tempat kerja. Namun tidak bisa dipungkiri bahwa cara kerja dan partisipasi mereka di perusahaan merupakan gambaran cara kerja di masa mendatang.

Apa tantangannya bagi HRD dan perusahaan saat ini? Tantangannya adalah memadupadankan gaya kerja millennial dengan generasi sebelumnya, yakni Gen Z dan Baby boomer. Millennial dibesarkan dengan kemajuan teknologi informasi dan internet, ini yang membuat mereka memiliki wawasan yang luas dengan kelihaian menggunakan perangkat-perangkat canggih.

Namun walau demikian generasi millennial mempunyai bakat dalam teknologi, terkadang mereka bersikap ceroboh dan terlalu cepat mengambil keputusan tanpa berpikir jangka panjangannya, mungkin hal ini dikarenakan masih minimnya pengalaman, karena umur yang masih muda dan jam terbang yang masih rendah.

Kekosongan millennial inilah yang dapat diisi dan di lengkapi oleh seniornya, mereka harus bisa berkolaborasi dalam suatu pekerjaan ataupun proyek, satu sama lain harus saling memberikan ide dan dukungan. Millennial mampu berpikir cepat, taktis dan terstruktur senior di kantor memberikan mereka arahan berdasarkan pengalaman, dan dukungan penuh dari belakang.

Dari sini harmoni antara lintas generasi bisa terjadi, walau terkadang ada gesekan ditengahnya itu merupakan hal yang biasa. HRD dan manager harus bisa melakukan perencanaan SDM dan membuka peluang untuk fresh graduate (Millenial) dan senior employee untuk bisa bekerja sama, serta memfasilitasinya.

Suasana kerja seperti apa yang dibutuhkan oleh Millennial

1 ) Tidak ada hirarki

Sekalipun ada yang namanya hirarki struktur dalam perusahaan, Millennial tidak mementingkannya dan sifatnya hanya formalitas. Mereka lebih suka sesuatu yang transparan, agar tidak segan kepada siapapun dan yang terpenting bisa bekerja oleh siapa saja. Millennial menembus batasan hirarki struktur yang ada dalam organisasi, namun tetap menerima konsekuennya.

2 ) Hanya patuh kepada “kepemimpinan” bukan kepada boss

Kebanyakan alasan dari resignnya mereka dari perusahaan yang lama karena tidak menyukai atasan mereka yang suka “”ngebossy”. Millennial tidak mematuhi perintah, mereka mencontoh apa yang dilakukan atasannya. Jadi butuh orang yang benar-benar ahli untuk memimpin generasi Millenial.

3 ) Tantangan dan hal baru

Salah satu sifat minus yang dimiliki oleh gen Millennial adalah mereka cepat bosan. Jika perusahaan atau atasan tidak dapat menchallenge mereka dengan hal yang baru, maka mereka akan jenuh dan mencari tempat lain.

4 ) Kantor adalah tempat bermain

Anda bisa menonton film the intern yang diperankan oleh Robert de Niro dan Anne Hathaway. Disana kita bisa melihat bagaimana perusahaan eCommerce yang diisi dengan tenaga-tenaga muda bekerja. suasana kantor tanpa sekat, baju casual, suasana santai tapi tetap mendukung produktivitas.

5 ) Berekspetasi dengan gaji tinggi

Fenomena yang sempat viral yakni #Gaji8Juta, tentang fresh graduate yang mengaku lulusan Universitas Indonesia meminta gaji 8 juta, sebenarnya merupakan refleksi dari pekerja millennial yang sudah berorientasi kepada gaji yang tinggi. Kemungkinan hal ini bisa terjadi karena gaya hidup perkotaan yang sudah tinggi.

Demikian adalah gaya kerja, karakter, dan sifat millennial di tempat kerja. Sudah pasti kita menemukan plus dan minus dari mereka, namun ini justru menjadi tugas dan tantangan HRD untuk bisa melakukan pengarahan kepada mereka, serta menciptakan suasana kolaborasi yang apik antar karyawan yang berbeda generasi dan umur.

Tinggalkan Balasan

Alamat email anda tidak akan dipublikasikan. Required fields are marked *