Istilah P2P Lending belakangan cukup banyak diperbincangkan di jagat maya. Istilah yang merujuk pada salah satu jenis instrumen investasi ini memang cukup menyita banyak perhatian, khususnya bagi para investor yang memiliki banyak dana dingin untuk diinvestasikan.
Sayangnya, meski cukup sering dijadikan konteks pembahasan, nyatanya masih banyak orang yang tidak begitu paham tentang instrumen investasi yang satu ini. Lantas, apa sih sebenarnya P2P Lending itu? Apa saja risiko dan keuntungan yang bisa didapatkan?
Pada artikel kali ini, PayrollBozz akan mengajak Anda untuk mengupas lebih dalam soal instrumen investasi P2P Lending lengkap dengan dan keuntungan yang ditawarkan. Penasaran, kan? Simak lengkap artikelnya berikut ini, ya.
Apa Itu P2P Lending?
P2P atau Peer to Peer Lending sebenarnya merupakan sebuah produk investasi yang tergolong baru di Indonesia. Produk investasi yang satu ini baru ada sekitar tahun 2016 jika dilihat dari peraturan yang dibuat oleh OJK mengenai layanan pinjam meminjam uang berbasis teknologi informasi (digital).
Sejak kemunculannya, masih banyak investor yang meragukan instrumen investasi yang satu ini. Di mana banyak orang menganggap P2P Lending kurang potensial dan sangat berisiko karena dana yang kita investasikan akan dipinjamkan pada orang-orang yang membutuhkan dana.
Dalam hal ini, para peminjam bisa berasal dari berbagai kalangan mulai dari orang pribadi yang memang membutuhkan uang untuk kebutuhan konsumtif, para pelaku usaha yang membutuhkan biaya tambahan untuk mengembangkan bisnisnya, dan masih banyak lagi lainnya. Tentunya para peminjam tersebut tergantung dari setiap perusahaan atau platform yang menyelenggarakan P2P Lending.
Sederhananya, platform Peer to Peer (P2P) Lending menjadi sebuah tempat yang akan mempertemukan antara pemilik modal (investor) dengan para peminjam (borrower). Nantinya platform tersebut akan menjembatani transaksi peminjaman modal yang dilakukan oleh kedua belah pihak.
Di Indonesia sendiri platform P2P Lending sebenarnya sudah cukup banyak dan dapat dengan mudah kita temukan. Sebut saja Amartha, KoinWorks, AsetKu dan masih banyak lagi lainnya.
Masing-masing platform tersebut memiliki tujuan atau target peminjamnya masing-masing. Di AsetKu misalnya, dana yang dipinjamkan oleh investor akan diputar sebagai pinjaman bagi para borrower untuk hal-hal yang bersifat konsumtif seperti membeli gadget baru, renovasi rumah, dan lain sebagainya.
Sedangkan untuk platform Amartha, dana yang dipinjamkan oleh investor atau pemodal (lender) akan digunakan untuk membiayai para wanita yang memiliki bisnis atau usaha. Nah, dari sini dapat terlihat bahwa masing-masing platform P2P Lending tersebut memiliki tujuan dan fokusnya masing-masing.
Bagi Anda yang tertarik untuk terjun ke dalam dunia investasi P2P Lending ini, Anda bisa memilih platform mana yang paling sesuai dengan risk profile Anda sebagai seorang investor. Tentunya juga mempertimbangkan return yang bisa diperoleh dari masing-masing platform tersebut.
Lantas, Bagaimana Cara Kerja Investasi P2P Lending?
Pada dasarnya, P2P Lending bekerja dengan cara mempertemukan antara dua pihak yang saling membutuhkan. Pemilik modal (investor atau yang juga disebut dengan lender) akan mencari orang yang membutuhkan pinjaman modal (borrower) yang sesuai dengan preferensi mereka. Dalam hal ini, investor memiliki kendali penuh untuk memilih dan menyesuaikan kriteria peminjam seperti apa yang ingin mereka berikan pinjaman modal.
Nah, bagi para pemilik modal, maka Anda tak perlu khawatir. Para peminjam dana (borrower) yang akan menggunakan platform P2P Lending biasanya akan melalui pengecekan terlebih dahulu. Pihak platform P2P Lending akan memastikan bahwa para calon peminjam dana telah memenuhi kriteria yang diajukan.
Jadi semua peminjam modal dalam platform tersebut tentu sudah dipastikan data diri serta kredibilitasnya.
Sedangkan bagi para pemilik modal (lender), seperti yang telah disebutkan sebelumnya, mereka bisa memilih untuk meminjamkan dananya pada borrower mana pun.
Jika dana yang dibutuhkan terlalu besar, misalnya untuk mengembangkan bisnis, biasanya platform P2P Lending akan membuka penggalangan dana atau crowdfunding bagi para investor yang ingin meminjamkan dananya pada si borrower. Apabila dana yang dibutuhkan sudah memenuhi target atau jumlah yang ditentukan, platform tersebut akan menyalurkan dananya pada pihak peminjam (borrower).
Lantas, dari mana investor P2P Lending mendapatkan keuntungan? Dalam praktiknya, pihak peminjam harus mengembalikan dana yang dipinjamnya tepat waktu dengan bunga pinjaman yang diberlakukan. Nah, dari bunga tersebutlah para lender akan mendapatkan keuntungan.
Keuntungan Berinvestasi di P2P Lending
1. Return yang tinggi
Salah satu keuntungan berinvestasi dengan P2P Lending adalah return yang ditawarkan terbilang cukup tinggi jika dibandingkan dengan beberapa instrumen investasi lain seperti emas, deposito dan reksadana.
Sebagai contoh jika reksadana hanya memberikan return hingga 8 sampai 10% per tahun, P2P Lending dapat memberikan Anda keuntungan yang lebih dari itu yakni berkisar antara 14 sampai 21% per tahun.
Tak heran jika kini instrumen investasi yang satu ini banyak dijadikan pilihan bagi para investor untuk menumbuhkan asetnya. Namun tentu saja, semakin tinggi return yang ditawarkan, maka semakin besar pula risiko yang perlu Anda tanggung. Maka dari itu, Anda juga harus berhati-hati dalam memilih borrower atau peminjam dana.
Sebab tak jarang terdapat peminjam dana yang telat dalam melakukan pembayaran atau pengembalian dananya. Sehingga hal ini tentu dapat merugikan investor yang memberikan pinjaman.
2. Tenor yang relatif pendek
Berbeda dengan saham dan properti yang termasuk ke dalam kategori investasi jangka panjang, P2P Lending justru tergolong sebagai jenis produk investasi jangka pendek, lho. Sehingga bagi Anda yang memiliki tujuan keuangan jangka pendek dalam 1 sampai 2 tahun mendatang, P2P Lending bisa dijadikan alternatif untuk mencapai tujuan tersebut.
3. Dapat dimulai dengan modal kecil
Tak perlu khawatir bagi Anda yang tak memiliki banyak dana dingin di tabungan. Untuk berinvestasi di instrumen P2P Lending ini, Anda bahkan bisa memulainya dengan nominal mulai dari puluhan ribu. Salah satu contoh platform P2P Lending yang bisa Anda gunakan adalah Modal Rakyat, di mana pada platform tersebut Anda bisa mulai berinvestasi dari Rp 25 ribu. Jumlah yang relatif kecil untuk berinvestasi, bukan? Return yang didapatkan pun bisa dipanen dalam kurun waktu 14 hingga 90 hari.
4. Diversifikasi Investasi
Bagi Anda investor yang sudah cukup aktif dalam dunia permodalan, tentu dengan adanya P2P Lending ini dapat memberikan peluang baru bagi Anda untuk meraup keuntungan lebih banyak dan lebih besar.
Anda mungkin sudah berinvestasi di saham, properti, emas atau instrumen investasi yang lain. Tak ada salahnya untuk menyebarkan dana dingin yang Anda miliki pada aset investasi yang lain agar memberikan penghasilan pasif bagi Anda.
Selain itu, diversifikasi juga patut dilakukan untuk mengurangi risiko yang ada. Sebagai contoh jika seluruh uang Anda diinvestasikan pada saham, ketika harga saham perusahaan yang Anda beli mengalami penurunan tentu Anda hanya akan mendapatkan kerugian. Sedangkan jika Anda menyebarkan dana tersebut ke beberapa instrumen investasi sekaligus seperti saham, obligasi dan P2P Lending ini, maka ketika saham Anda mengalami penurunan harga, Anda masih bisa mendapatkan keuntungan dari produk investasi yang lainnya.
Demikianlah artikel mengenai memahami cara kerja investasi P2P Lending dan ragam keuntungannya. Jadi sudahkan Anda siap untuk terjun ke dalam produk investasi yang satu ini?