Divisi Human Resources (HR) memiliki peran penting dalam mendukung kesuksesan organisasi. Tidak hanya mengurus rekrutmen dan administrasi karyawan, HR juga bertanggung jawab dalam menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan produktif. Namun, bagaimana cara mengetahui apakah fungsi HR sudah berjalan efektif? Jawabannya adalah dengan mengukur kinerja HR menggunakan KPI (Key Performance Indicators).
Berikut ini adalah KPI penting yang bisa digunakan untuk mengukur efektivitas kerja tim HR:
1. Turnover Rate (Tingkat Pergantian Karyawan)
Apa itu: Mengukur persentase karyawan yang keluar dari perusahaan dalam periode tertentu.
Mengapa penting: Turnover yang tinggi bisa menjadi indikasi ketidakpuasan kerja, masalah budaya perusahaan, atau proses rekrutmen yang kurang tepat.
Rumus:
Turnover Rate=Jumlah Karyawan KeluarRata-rata Total Karyawan×100%\text{Turnover Rate} = \frac{\text{Jumlah Karyawan Keluar}}{\text{Rata-rata Total Karyawan}} \times 100\%
Target ideal: Tergantung industri, tapi biasanya di bawah 10–15% per tahun.
2. Time to Hire (Waktu Rekrutmen)
Apa itu: Waktu yang dibutuhkan dari saat lowongan dibuka hingga kandidat menerima tawaran kerja.
Mengapa penting: Proses rekrutmen yang terlalu lama bisa menyebabkan hilangnya kandidat berkualitas dan memperlambat operasional.
Tips meningkatkan: Gunakan sistem ATS (Applicant Tracking System), dan evaluasi efisiensi proses seleksi.
3. Employee Engagement Index
Apa itu: Indeks yang mengukur tingkat keterlibatan emosional dan komitmen karyawan terhadap pekerjaan dan perusahaan.
Bagaimana mengukur: Lewat survei rutin, misalnya menggunakan pertanyaan tentang motivasi, rasa memiliki, dan kepuasan kerja.
Mengapa penting: Karyawan yang engaged cenderung lebih produktif, loyal, dan memiliki inisiatif tinggi.
4. Cost per Hire (Biaya per Perekrutan)
Apa itu: Total biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk merekrut satu karyawan.
Mengapa penting: Membantu HR mengevaluasi efisiensi anggaran rekrutmen.
Komponen biaya: Iklan lowongan, gaji perekrut, software ATS, biaya wawancara, tes, dan lainnya.
5. Absenteeism Rate (Tingkat Ketidakhadiran)
Apa itu: Mengukur seberapa sering karyawan tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah.
Mengapa penting: Tingkat absensi yang tinggi bisa menunjukkan masalah motivasi, budaya kerja, atau kesejahteraan karyawan.
Rumus:
Absenteeism Rate=Total Hari Tidak HadirTotal Hari Kerja×100%\text{Absenteeism Rate} = \frac{\text{Total Hari Tidak Hadir}}{\text{Total Hari Kerja}} \times 100\%
6. Training Effectiveness
Apa itu: Mengukur sejauh mana pelatihan yang diberikan berdampak pada peningkatan kinerja.
Cara mengukur: Evaluasi sebelum dan sesudah pelatihan, feedback peserta, dan peningkatan hasil kerja.
Mengapa penting: Agar investasi dalam pengembangan karyawan menghasilkan manfaat nyata.
7. Internal Promotion Rate
Apa itu: Persentase posisi yang diisi oleh karyawan internal dibandingkan total posisi yang dibuka.
Mengapa penting: Menunjukkan efektivitas pengembangan karir dan retensi karyawan.
Mengukur kinerja HR bukan hanya tentang angka, tetapi juga memahami kualitas dari setiap proses dan keputusan yang diambil. KPI seperti turnover rate, time to hire, dan employee engagement index bisa memberikan gambaran yang objektif mengenai efektivitas fungsi HR.
HR yang berhasil adalah HR yang tidak hanya efisien dalam proses administratif, tetapi juga mampu membangun budaya kerja yang sehat, menjaga retensi karyawan, dan mendukung pertumbuhan bisnis. Dengan mengandalkan KPI yang tepat, HR dapat terus melakukan evaluasi dan perbaikan secara berkelanjutan