Perjalanan bisnis almarhum Ciputra, yang terkenal sebagai kuda pekerja

Perjalanan bisnis almarhum Ciputra, yang terkenal sebagai kuda pekerja

27 November 2019 dunia bisnis Indonesia dibuat berduka atas meninggalnya Ciputra, yang merupakan pebisnis dan pengusaha yang sangat senior, khususnya di bidang properti rumah melalui perusahaannya yang bernama Ciputra Group, yang dibangun 30 tahun lalu.

Ciputra meninggal pada usia 88 tahun, dengan harta kekayaan mencapai 18,32 Triliun dan menempati urutan  daftar ke 27 orang terkaya di Indonesia. Forbes mencatat Ciputra Development memiliki proyek di 33 kota seluruh Indonesia.

Dibalik kesuksesan dan harta melimpah yang Ciputra miliki, ada perjalanan yang tidak mudah untuk menggapai itu semua, yang bisa menjadi inspirasi bagi kita semua.

Awal mula Ciputra berbisnis

Pak Ci sapaan akrab Ciputra sudah mulai membuka perusahaan konsultan arsitektur saat dia masih berkuliah di ITB (institut teknologi bandung) bersama kedua temannya, yakni Ismail Sofyan dan Budi Brasali, mereka bertiga mendirikan PT Daya Cipta.

Kemudian Ciputra mulai mengembangkan bisnisnya hanya dengan modal awal 10 juta rupiah, yang saat ini kita tahu modal tersebut nilainya menjadi belasan triliunan rupiah dalam total aset PT Ciputra Development.

Kesuksesan Pak Ci dalam membangun bisnis di bidang properti berlangsung selama puluhan tahun, termasuk bisnisnya yang lain seperti Bank dan asuransi jiwa. Dari kerja kerasnya perusahaan-perusahaan besar seperti Jaya Group dan Metropolitan Group lahir menjadi karyanya di Indonesia.

Krisis Ekonomi

Tak melulu untung dan sukses Ciputra juga mengalami masa-masa kritis, salah satunya krisis moneter 1997. Krisis ekonomi yang berdampak luar biasa untuk segala sektor membuat beberapa perusahaan milik Ciputra seperti Bank Ciputra dan Asuransi Jiwa Ciputra Allstate yang baru seumur jagung terpaksa tutup.

Dalam bukunya ‘Ciputra: The Entrepreneur-The Passion of My Life’ pria dengan nama lahir Tjie Tjin Hoan ini mengatakan pada awalnya ia tidak khawatir dengan krisis moneter di Thailan yang pada waktu itu berpotensi menarik Indonesia masuk ke dalam pusaran krisis.

Perasaan tenang itu didasari karena memiliki bisnis perbankan, Bank Jaya, Bank Ciputra, dan Allstate yang merupakan perusahaan asuransi, dan ketiga perusahaan tersebut diyakini mampu tetap stabil walau dalam kondisi krisis ekonomi.

Namun perasaan tenang dan percaya diri Ciputra berubah seratus delapan puluh derajat, gangguan terhadap bisnis dimulai ketika nilai tukar rupiah terjungkal dari Rp2.000 per dolar AS menjadi lebih dari Rp17.000 per dolar AS.

Hal tersebut tentu membuat Ciputra harus membayar hutang Dollar Amerika hingga mencapai 100juta USD, dan semua penghasilan Ciputra berbentuk dalam mata uang rupiah. 2 Bank dan 1 perusahaan asuransinya tersebut harus tutup, dan hutangnya membengkak dari 245 miliar menjadi 1 triliun.

Hal ini juga diperparah dengan gelombang demonstrasi dari mantan karyawannya yang terkena PHK, ditambah lagi kemarahan pemasok material, mandor, dan seluruh pihak yang menuntut pembayaran bahan baku properti sesegera mungkin. Seluruh lini usaha propertinya hanya tinggal menghitung hari menuju kebangkrutan.

Kebangkitan Ciputra dari krisis

Pak Ci sadar dirinya tidak bisa nangis dari setiap detik yang terjadi pada dirinya dan perusahaannya, ia mencoba tetap fokus untuk bisa bangkit dan menyelamatkan perusahaan beserta karyawan yang tersisa.

Dalam situasi yang sangat sulit Ciputra dan para karyawannya kemudian bercocok tanam di lahan-lahan yang kosong. Banyak tanaman buah dan sayuran produktif yang dihasilkan, antara lainnya seperti jagung, ubi, ketela, sayur-mayur, buah-buahan dan lainnya.

Walau profit yang dihasilkan dari penjualan buah dan sayuran tidak sebesar di bidang properti, namun ciputra menggunakan uang tersebut untuk kembali menggerakan operasional perusahaan.

Dari sini Ciputra mulai merangkak bangkit, bersama dengan perusahaan Pak Ci lainnya yakni Metropolitan group juga berhasil menjaga reputasi dan membayar hutang dengan kavling tanah atau tanah.

Dari sini kita bisa belajar dari almarhum Pak Ci yang tetap fokus pada penyelesaian masalah, dan mengambil langkah yang tepat dalam situasi yang sangat menekan dirinya dan perusahaannya. “integritas merupakan fondasi penting dalam membangun kesuksesan. Integritas menjadi dasar dalam menjalin hubungan kepercayaan.” Tuturnya.

Demikian adalah perjalanan bisnis dari Ciputra atau Tjie Tjin Hoan beserta perjuangan beliau dalam mempertahankan segalanya, semoga cerita ini dapat menginspirasi kita semua.

Tinggalkan Balasan

Alamat email anda tidak akan dipublikasikan. Required fields are marked *