Solusi dan tips menghindari gesekan atau konflik yang terjadi di tim kerja

Solusi dan tips menghindari gesekan atau konflik yang terjadi di tim kerja

Dari banyaknya konflik di dalam perusahaan atau yang lebih spesifiknya di dalam sebuah tim kerja, komunikasi adalah yang paling sering menjadi sumber permasalahan atau konflik, baik itu antar karyawan, karyawan dan atasan, karyawan dengan HRD atau perusahaan. Apabila di diamkan saja tentunya ini akan menjadi sebuah bom waktu aktif yang hanya tinggal menunggu meledak saja, sekecil apapun permasalahan yang hadir harus di selesaikan secepat-cepatnya.

Pada artikel kali ini mari kita membahas solusi perihal masalah-masalah, konflik dan perpecahan yang hadir karena “miss communication” dan tips menghindari gesekan antar kolega kerja karena beda gaya kerja dalam sebuah tim.

Miss komunikasi antara karyawan dan atasannya

Kasus yang pertama yang paling sering terjadi biasanya antara karyawan dan atasannya, lagi-lagi komunikasi menjadi sumber permasalahan, salah penyampaian dan salah penafsiran akan menimbulkan konflik. Misalnya dalam penyampaian penugasan dari atasan ke bawahanya, yang memilki tujuan untuk menguji kelayakan si bawahan untuk di promosikan ke jabatan yang lebih tinggi:

Bayu (Atasan) : Dani hari ini rian tidak masuk kerja karena sakit, tapi ada beberapa dokumennya yang harus di selesaikan. Dokumen penting! Soalnya menyangkut Pajak perusahaan ke negara. Saya minta kamu yang selesaikan!

Fajar (Bawahan) : Loh kenapa harus saya pak? Padahal kan saya sedang sibuk juga! kenapa gak Angga atau martin saja ? kayanya mereka gak lagi sibuk-sibuk banget.

Pada situasi tertentu dengan cara berbicara seperti ini bisa menimbulkan sebuah permasalahan. Padahal maksud dari semua itu adalah pengujian kelayakan karyawan yang akan di promosikan.

Proses penyampaian dengan tujuan yang positif seperti pemberdayaan karyawan, baiknya dilakukan secara transparan dengan penyampaian yang bertahap. seperti mengawali perintah dengan keterangan yang jelas, pemberian pemahaman di awal bahwa tugas ini hanyalah bersifat sementara karena rekan kerja tidak masuk, dan sekaligus juga sebagai proses empowerment untuk membantu karyawan mengembangkan dirinya, dengan cara mengerjakan hal baru.

Apabila perintah di awali dengan komunikasi yang baik, dan keterangan tujuan yang jelas, maka konflik antara atasan dan bawahan karena perintah mendadak seperti ini tidak akan terjadi lagi.

Konflik karena “Beda gaya kerja” 

Konflik yang ditimbulkan karena perbedaan gaya kerja juga sering menjadi sumber perpecahan di tim kerja, baik itu antara karyawan dengan atasan, ataupun sesama karyawan. Umumnya ada 2 jenis gaya kerja yang sering kita temukan, pertama tipe kerja keras dan kerja cepat, namun dengan akurasi keberhasilan yang rendah (Kurang efektif), yang kedua kerja cerdas dengan ciri-ciri kehati-hatian dan ketelitian yang tinggi (Lebih efektif namun cenderung lambat dan dapat mempengaruhi sistem kerja di perusahaan)

Apakah solusi yang tepat untuk permasalahan di atas? yang jika tidak cepat di tuntaskan akan menimbulkan konflik kedepannya. Perusahaan juga tidak bisa dengan asal memilih gaya kerja seperti apa yang akan digunakan. Cara yang terbaik untuk mengatasi hal ini adalah dengan melakukan asesmen terhadap gaya kerja masing-masing gaya kerja karyawan.

Hal ini perlu dilakukan oleh HRD sebagai bahan eveluasi untuk penetapan standar kerja di perusahaan, dan juga sebagai data pengambilan keputusan untuk memposisikan karyawan ke posisi yang tepat sesuai klasifikasi kemampuan dan gaya kerja masing-masing.

Dengan memposisikan karyawan secara tepat akan mengoptimalkan kemampuannya dan juga untuk menghindari konflik yang terjadi karena perbedaan gaya kerja. dan yang terpenting apabila setiap karyawan bisa memahami satu sama lain serta bisa saling menyesuaikan diri dapat menciptakan hasil yang maksimal dalam sebuah tim kerja.

Masalah personal karyawan

Yang terakhir yang sering terjadi adalah konflik dalam diri karyawan masing-masing, masalah yang datang biasanya dari external atau juga dari perusahaan. Walaupun sebenarnya HRD sekalipun tidak bisa ikut campur dalam urusan pribadi karyawannya, namun sebagai departemen yang mengurus kepagawaian wajib memperhatikan perubahan perilaku atau sifat si karyawan, apalagi perubahan perilaku kearah yang negatif.

Gejala-gejala karyawan yang terkena konflik pribadi bisa dikenali dari perubahan kebiasaan di kantor, semisalkan yang tadinya karyawan tersebut periang, tiba-tiba menjadi murung kemudian yang biasa rajin, sekarang menjadi sering tidak masuk dengan berbagai macam alasan, tidak bersosialisasi ke sesama teman kerja, dan tugas-tugas yang diberikan oleh atasan jarang diselesaikan.

Perubahan ke arah negatif ini bisa membahayakan karir karyawan itu sendiri, dan pastinya juga akan merugikan perusahaan. HRD wajib mempertanyakan gejala ini kepada yang bersangkutan secara hati-hati, serta memberikan coaching dan conselling. Setelah di adakannya yang bersangkutan konsolidasi ke HRD, HRD wajib mengamati perubahan-perubahan paska adanya konsolidasi tersebut , dan tetap melakukan konsolidasi juga pelatihan secara bertahap untuk kembali memulihkan mood positif si karyawan.

Demikian adalah tips menghindari konflik dan gesekan antar karyawan ataupun atasan, di dalam sebuah tim kerja. gesekan yang terjadi dalam dunia kerja memang tidak akan bisa di hindarkan, namun apabila anda mengetahui bagaimana cara menanggulanginya, maka konflik atau permasalahan yang terjadi tidak akan berlangsung lama dan tidak akan menjadi bom waktu yang dapat menimbulkan kerugian.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email anda tidak akan dipublikasikan. Required fields are marked *